Aku Suka Langit, Kamu?
“Dan Kami bangun di atas kamu
tujuh buah langit yang kukuh. Dan Kami jadikan matahari sebagai pelita
yang amat terang.” (An-Naba:12-13)
Aku suka langit..
Ia sendiri di ujung yang tak pernah tersentuh. Sungguh ia sendiri. Tapi kesendiriannya menciptakan keteduhan bagi yang menyadari keberadaannya. Sungguh, kau indah dalam kesendirianmu yang tak tersentuh.
Aku suka langit..
Ia sendiri di ujung yang tak pernah tersentuh. Sungguh ia sendiri. Tapi kesendiriannya menciptakan keteduhan bagi yang menyadari keberadaannya. Sungguh, kau indah dalam kesendirianmu yang tak tersentuh.
Di jalan dakwah,
sungguh ia seperti langit, kadang sendiri dan tak pernah ia janjikan
ketenaran. Maka untuk kesekian kali, hatilah yang harus tertunduk
pada untaian keikhlasan yang nantinya tak lelah bersinar seperti
mentari. Bahkan, dalam diammu kau tetap sebagai peneduh dalam
ukhuwah-ukhuwah penyokong iman.
Aku suka langit..
Lebih indah saat bertaburan awan putih. Ya, awan itu tidak berlebihan, hanya sebagian darinya hingga langit masih bisa mengintip dibelakangnya. Hingga pada akhirnya, langit itu lebih indah daripada ia dalam kesendirian. Tapi, untuk yang kesekian kalinya, ia tak tersentuh.
Di jalan dakwah,
sungguh ia seperti langit. Bertaburan sahabat-sahabat dalam jubah ukhuwah.
Tapi ia tetap beristiqomah, menjadi dirinya sendiri. Sahabat-sahabatnya
sungguh seperti awan, ia memperindah perisai iman, menjadikan ganjil
menjadi genap dan menjadikan setengah menjadi satu. Merela melengkapi
dalam celah-celah iman yang berlubang.
Aku suka langit..
Tak pernah kehilangan indahnya cahaya. Bahkan disaat malam karena ia ditemani biduan-biduan cahaya bintang. Kali ini si bintang bertabur lebih banyak karena sang langit terlalu pekat bahkan terlalu samar untuk sekedar dilihat.
Di jalan dakwah,
sungguh ketika kepekatan hati datang ada banyak pundak yang menyediakan
tempat. Ketika futur merambat, barisan ukhuwah itu bergerak.
Pendar cahayanya tak pernah hilang karena ukhuwah itu begitu indah.
Aku suka langit..
Ia pernah tertutupi mendung dan hujan yang deras. Namun, petir membelahnnya seakan sangingin keluar dari mendung. Ketika mendung dan hujan pergi, sungguh indahnya menjadi langit. Ia dihiasi sinar berembun dari mentari dan pelangi yang ujungnya tak diketahui. Sungguh, aku suka langit.
Di jalan dakwah,
sungguh ia seperti langit. Ketika masalah umat itu datang seperti mendung
dan hujan, akan ada petir yang membantunya bergerak menerobos
masalah umat. Ia kali ini tak sendiri. Sungguh ia seperti langit,
bergerak tak tersentuh disaat yang lain hanya menyaksikan dalam diam.
Hingga pada akhirnya, janji-Nya tak pernah Ia ingkari, selalu ada pelangi
setelah hujan. Entah harus menunggu berapa kali hujan tapi ia tetap
teduh tak tersentuh.
SUNGGUH, AKU INGIN SEPERTI LANGIT YA ALLAH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar